Juli 27, 2024

PESANTREN DAAR EL-MUMTAAZ CIANJUR

Jl. Surupan Hilir Desa Sukasarana Kec. Karangtengah Kab. Cianjur Jawa Barat 43281 Call : 085797974591

Riyadhah (Latihan Ruhani)

Riyadhah merupakan proses penempaan diri untuk penguatan spiritual. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutnya riadat yang secara harfiah latihan, yaitu perihal bertapa dengan mengekang hawa nafsu (memantang berbagai makanan dan sebagainya). Imam Al-Ghazali menyebut empat jalan laku riyadhah. Empat jalan tersebut berkaitan dengan pengendalian konsumsi makanan, pengurangan jam tidur, pembatasan hasrat untuk bicara di luar kepentingan, dan menelan pahitnya tindakan orang lain yang tidak menyenangkan.

والرياضة على أربع أوجه القوت من الطعام والغمض من المنام والحاجة من الكلام وحمل الأذى من جميع الأنام فيتولد من قلة الطعام موت الشهوات ومن قلة المنام صفو الإرادات ومن قلة الكلام السلامة من الآفات ومن احتمال الأذى البلوغ إلى الغايات

Artinya, “Riyadhah ditempuh dengan empat jalan, yaitu (memenuhi) makanan pokok, memejamkan mata dari tidur, dan menelan pahit perilaku menyakitkan dari orang lain. Sedikit makan meredam gejolak syahwat. Sedikit minum dapat menyucikan kehendak dan pikiran. Sedikit bicara membawa keselamatan dari bencana dan kecelakaan. Menelan pahit perilaku menyakitkan dari orang lain (yang tidak masuk pidana) dapat menyampaikan kita pada tujuan-tujuan spiritual,” (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439 H-1440 H], juz III, halaman 70-71).

Riyadhah Rohani Para Ulama Hadapi Penjajah Riyadhah dan mujahadah tidak mudah. Ia memerlukan kekuatan batin dalam menghadapi berbagai ujian. Misalnya, bagaimana seseorang menahan diri untuk membalas tindakan yang kurang menyenangkan dan tidak ramah terhadap dirinya.

وليس على العبد شيء أشد من الحلم عند الجفاء

Artinya, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi seorang hamba selain bersikap pemaaf (lapang dada) ketika diperlakukan tidak bersahabat,”(Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/70).

Yahya bin Muadz mengumpamakan nafsu sebagai lawan perang. Sedangkan senjata ampuh dalam menghadapi nafsu adalah riyadhah. “Yahya bin Muadz Ar-Razi mengatakan, perangi nafsumu dengan ‘pedang’ riyadhah,”(Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/70).

Riyadhah dan mujahadah merupakan kunci dalam mengendalikan hawa nafsu. Riyadhah dan mujahadah sangat diperlukan dalam menghadapi tekanan-tekanan dalam diri kita. Tanpa pengendalian atas dorongan-dorongan nafsu, kita akan terbawa pada perbuatan tercela yang membuat kita menyesal.

 قال الله تعالى ونهى النفس عن الهوى فإن الجنة هي المأوى وقال تعالى أولئك الذين امتحن الله قلوبهم للتقوى قيل نزع منها محبة الشهوات وقال صلى الله عليه و سلم المؤمن بين خمس شدائد مؤمن يحسده ومنافق يبغضه وكافر يقاتله وشيطان يضله ونفس تنازعه فبين أن النفس عدو منازع يجب عليه مجاهدتها

Artinya, “Allah berfirman, ‘Ia menahan nafsu dari dorongan-dorongan. Sungguh, surga menjadi tempatnya,’ (Surat An-Naziat ayat 40-41). ‘Mereka adalah orang yang ditempa hatinya oleh Allah untuk bertakwa,’ (Surat Al-Hujurat ayat 3). Rasulullah bersabda, ‘Orang beriman berada dalam lima tantangan, yaitu saudara seiman yang mendengkinya, orang munafik yang membencinya, orang kafir yang memusuhinya, setan yang (berusaha) menyesatkannya, dan nafsu yang bertikai dengannya,’ (HR Abu Bakar bin Lal).

Rasulullah menyebut bahwa nafsu adalah musuh yang selalu mengajak untuk bertikai yang wajib diperangi,” (Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H, III/70).

Mbah Munawwir Punya ‘Riyadhah Spesial’ Suatu hari Nabi Muhammad saw menyambut sekelompok pasukan yang pulang dari peperangan, ‘Selamat datang, kalian pulang dari perang kecil menuju perang besar.’ ‘Wahai Rasulullah, apakah perang besar itu?’ tanya seorang sahabat. ‘Perang melawan nafsu,’ jawab Rasulullah,” (HR Baihaqi). (Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/70).

وقال صلى الله عليه وسلم المجاهد من جاهد نفسه في طاعة الله عز وجل

Artinya, “Rasulullah saw bersabda, ‘Pejuang adalah orang yang berjuang melawan nafsunya dalam ketaatan kepada Allah swt,’ (HR At-Tirmidzi yang disahihkan oleh Ibnu Hibban).” (Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/70).

Gus Yusuf: Mengaji Tanpa Riyadhah, Percuma Dengan bahasa lain, Al-Hasan Al-Bashri mengatakan, ‘Tidak ada “binatang liar” yang paling membutuhkan kekang kuat selain nafsumu,’ (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439 H-1440 H], juz III, halaman 70).

Adapun empat jalan riyadhah yang disebutkan Imam Al-Ghazali merupakan proses penempaan diri agar kita terlatih dalam mengendalikan nafsu dengan berbagai bentuknya. 4 jalan ini terbilang ampuh, jalan riyadhah yang telah digunakan oleh umat-umat rasul terdahulu. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)

Sumber: https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/4-jalan-riyadhah-menurut-imam-al-ghazali-QJblb

 

Riyadhah dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, seperti ibadah, dzikir, wirid, puasa, sedekah, dan lain sebagainya.

Tujuan Riyadhah

Tujuan riyadhah adalah untuk membersihkan jiwa dari segala macam kotoran dan keburukan, sehingga jiwa menjadi bersih, suci, dan siap untuk menerima hidayah dari Allah SWT.

Riyadhah juga bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih keridhaan-Nya.

Tahapan Riyadhah

Menurut Imam Al-Ghazali, tahapan riyadhah yang benar terdiri dari tujuh tahapan, yaitu:

1. Tahap Ilmu dan Makrifat

Tahap pertama adalah tahap ilmu dan makrifat. Pada tahap ini, seorang hamba harus memiliki ilmu yang benar tentang agama Islam, termasuk tentang Allah SWT, Rasul-Nya, dan akhirat.

Ilmu dan makrifat akan menjadi landasan bagi seorang hamba dalam melakukan riyadhah.

2. Tahap Taubat

Tahap kedua adalah tahap taubat. Pada tahap ini, seorang hamba harus bertobat kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya.

Taubat akan membersihkan jiwa dari segala macam kotoran dan keburukan.

3. Tahap Godaan

Tahap ketiga adalah tahap godaan. Pada tahap ini, seorang hamba akan menghadapi berbagai macam godaan dari setan dan hawa nafsu.

Godaan-godaan tersebut harus dihadapi dengan sabar dan tawakal kepada Allah SWT.

4.Tahap Kendala-Kendala

Tahap keempat adalah tahap kendala-kendala. Pada tahap ini, seorang hamba akan menghadapi berbagai macam kendala dalam melakukan riyadhah. Kendala-kendala tersebut dapat berupa kendala fisik, mental, atau sosial.

Seorang hamba harus berusaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut dengan sabar dan tawakal kepada Allah SWT.

5. Tahap Dorongan dan Motivasi

Tahap kelima adalah tahap dorongan dan motivasi. Pada tahap ini, seorang hamba harus memiliki dorongan dan motivasi yang kuat untuk terus melakukan riyadhah. Dorongan dan motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri, seperti rasa cinta kepada Allah SWT dan keinginan untuk meraih keridhaan-Nya.

6. Tahap Menghindari Faktor-Faktor Pengrusak

Tahap keenam adalah tahap menghindari faktor-faktor pengrusak. Pada tahap ini, seorang hamba harus menghindari segala macam faktor yang dapat merusak riyadhah yang dilakukannya.

Faktor-faktor pengrusak tersebut dapat berupa maksiat, kemaksiatan, dan perbuatan-perbuatan yang dapat melalaikan dari ibadah.

7. Tahap Pujian dan Syukur

Tahap ketujuh adalah tahap pujian dan syukur. Pada tahap ini, seorang hamba harus senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan.

Pujian dan syukur akan semakin memperkuat iman dan ketakwaan seorang hamba.

Tips Melakukan Riyadhah yang Benar

Berikut adalah beberapa tips untuk melakukan riyadhah yang benar:

  • Mulailah dari hal-hal yang kecil dan bertahap. Jangan memaksakan diri untuk melakukan riyadhah yang terlalu berat, karena hal itu justru akan membuat riyadhah menjadi tidak efektif.
  • Carilah bimbingan dan nasihat dari orang yang ahli. Orang yang ahli dapat memberikan petunjuk dan bimbingan yang tepat dalam melakukan riyadhah.
  • Bersabar dan jangan mudah menyerah. Riyadhah adalah proses yang panjang dan membutuhkan kesabaran. Jangan mudah menyerah jika menemui kesulitan dalam melakukan riyadhah.

Riyadhah adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Riyadhah dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, seperti ibadah, dzikir, wirid, puasa, sedekah, dan lain sebagainya.

Tujuan riyadhah adalah untuk membersihkan jiwa dari segala macam kotoran dan keburukan, sehingga jiwa menjadi bersih, suci, dan siap untuk menerima hidayah dari Allah SWT.