Juli 27, 2024

PESANTREN DAAR EL-MUMTAAZ CIANJUR

Jl. Surupan Hilir Desa Sukasarana Kec. Karangtengah Kab. Cianjur Jawa Barat 43281 Call : 085797974591

Jalan Menuju Makrifat

PROSES TAREKAT

SEBAGAI JALAN MENUJU MAKRIFAT

Proses mengenal Allah yang sebenarnya itu melalui dua tahap. Pertama, peringkat kasbi, yaitu usaha  kita untuk mendapatkan ilmu dan kepahaman mengenai Allah. Tahap pertama ini juga dikenal sebagai peringkat sama’i. Di tahap ini kita perlu guru, kitab, akal yang cerdas, kebijaksanaan dan kesungguhan. Dari sini kita akan dapat ilmu dan pemahaman tauhid di peringkat syari’at.

Kedua, peringkat laduni atau peringkat dzauqi secara wahbi (karunia dari Allah) yang biasanya diperoleh melalui amalan yang istiqamah seperti berzikrullah, tafakkur dan muraqabah. Apa yang dikaruniakan secara langsung oleh Allah ke dalam hati adalah hakikat dan makrifah. Allah Swt. berfirman dalam Surat Al-Ankabut ayat 69

والذينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”

Allah juga berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 282,

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ

“Dan bertakwalah kepada Allah, maka Allah akan mengajarkanmu.“

Rasulullah saw. pernah bersabda,

من عمل بما علم ورثه الله علما ما لم يعلم

“Siapa yang beramal dengan ilmu yang ia ketahui, maka Allah karuniakan kepadanya ilmu yang ia belum ketahui.”

Menurut pandangan Ibn Athaillah (w.709H) dalam kitabnya, al-Hikam dijelaskan bahwa mengenal Allah secara dzauqi/laduni tersebut melalui tiga tahap yaitu:

  1. Warid al-Intibah (وارد الإنتباه)
  2. Warid al-Iqbal (وارد الإقبال)
  3. Warid al-Wishal (وارد الوصال)

Warid bermakna nur hidayat Allah yang disampaikan ke dalam hati orang yang dikasihi dari kalangan para hamba-Nya (نور يقذف الله في قلب من احبه من عباده). Bila seseorang mendapat karunia berupa warid al-intibah maka hilanglah berbagai kegelapan, kelalaian  (gaflah)  dari hatinya menuju cahaya yaqazah dan kesadaran tinggi.

Pada kondisi itu, ruhani orang tersebut benar-benar sadar dan merasakan adanya hubungan yang erat antara dirinya dan Allah karena mata hatinya hanya mendapat kesempatan untuk berpaling pada rahasia Allah. Ia juga akan melihat berbagai kelalaian dan lebih banyak menyalahkan diri sendiri, keburukan serta kebodohan diri sendiri. Inilah permulaan jalan ruhani seseorang dari aspek batinnya yang disebut dengan salik.

Selanjutnya, apabila seseorang mendapat karunia warid al-Iqbal hatinya akan sentiasa berada dalam keadaan khudur ma’allah (hati tenggelam dalam mengingat Allah) dan ia hanya akan menjadi hamba Allah saja dan telah terbebas dari perhambaan terhadap yang lain. Perjalanan zahir dan batinnya tidak ada tujuan lain kecuali Allah (لا مقصود إلا الله). Orang tersebut dikenal sebagai al-khawas ( الخواص).

Sedangkan apabila seseorang mendapatka karunia warid al-wisal, maka hatinya atau mata hatinya (Basirah) hanya memandang nur wujud Allah sehingga tidak terpandang selain-Nya. Semua yang bukan rahsia nur wujud Allah akan lenyap dari hati dan zahir pancainderanya karena ia telah fana dalam rahsia nur wujud Allah semata.

Contohnya seperti pengalaman yang dilalui oleh Nabi Musa as. ketika Allah tajallikan sebagian rahasia nur wujud-Nya seperti yang telah diterangkan di atas. Orang yang sampai ke tingkat zikir ghaibah ini dinamakan khawasul-khawas خواص الخواص

Oleh sebab itulah Ibnu Athaillah mengajarkan kita untuk terus-menerus berzikrullah. Menurutnya, orang yang terus-menerus kekal dalam zikrullah dan tafakkur akan mendapat rahmat dan karunia Allah dengan cara ditingkatkan tahap zikirnya sehingga Allah saja yang diingat, sampai ia mencapai kedudukan fana’. Ibnu Athaillah menyebutkan,

لا تترك الذكر لعدم حضورك مع الله فيه لان غفلتك مع غير ذكره أشد عليك من غفلتك في ذكره فعسى أن يرفعك من ذكر مع غفلة إلى ذكر مع يقظة ومن ذكر مع يقظة إلى ذكر مع حضور ومن ذكر حضور إلى ذكر مع الغيبة عما سوى المذكور.

“Janganlah kamu tinggalkan zikir disebabkan tidak dapat benar-benar ingat Allah dalam zikirmu itu, karena kelalaianmu semasa tidak berzikir itu lebih buruk bagimu daripada kelalaianmu semasa berzikir. Mudah-mudahan Allah meningkatkan zikirmu dari zikir ghaflah kepada zikir yaqazah, dari zikir yaqazah kepada zikir khudur, dari zikir khudur kepada zikir ghaibah.”

Tingkat zikrullah seperti yang dikonsepkan oleh Ibnu Athaillah di atas dapat kita lihat dengan gambar seperti di bawah ini:

Zikrullah akan mudah dilakukan dan peningkatanya pun mudah dicapai bila dilakukan dalam khalwat selama 10 hari atau 20 hari atau 30 hari 40 hari. Khalwat ini biasanya dipimpin oleh seorang guru yang biasa dalam amalan tersebut. Guru itulah yang akan menentukan apakah zikir seseorang itu telah berpindah atau belum.

Bila tahap zikir seseorang itu sampai ke tingkat zikir khudur dan tingkat zikir ghaibah maka hati akan menjadi tenang (mutmainnah) seperti yang Allah sebutkan dalam firman-Nya dalam Surat Ar-Ra’du ayat 28,

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Golongan Al-khawas dan Khawasul-khawas di atas diseru oleh Allah untuk kembali mengenal-Nya sebagaimana ruh yang sudah diperkenalkan kepada-Nya sebelum dimasukkan ke tubuh. Mereka kemudian masuk ke dalam golongan para hamba-Nya dalam keadaan ridla dan diridlai, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surat Al-Fajr ayat 27-30 :

يَتَأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ  ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً فَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي

“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.

Sumber : https://jatman.or.id/proses-tarekat-sebagai-jalan-menuju-makrifat#google_vignette